Kamis, 04 Juli 2013

KOPING DAN MANAGEMENT STRESS

PENGERTIAN STRESS
Menurut beberapa ahli stress dapat diartikan sebagai berikut:
Stress didefinisikan sebagai respon fisik dan emosional terhadap tuntutan yang dialami individu yang diiterpretasikan sebagai sesuatu yang mengancam keseimbangan (Emanuelsen & Rosenlicht, 1986).
Stres adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan dalam diri seseorang” (Soeharto Heerdjan, 1987).
Pengertian Stressor
Menurut  Emanualsen & Rosenlicht, stressor merupakan faktor internal maupun eksternal yang dapat mengubah individu dan berakibat pada terjadinya fenomena stress.
Jadi dapat disimpulkan stress adalah dampak dari stressor(penyebab stress) yang dianggap sebagai tekanan oleh individu sehingga membuatnya terpaksa untuk terus memikirkan hal tersebut dan akhirnya akan mengganggu kesehatan psikologinya.
Stressor berasal dari berbagai sumber, yaitu :
1)      Lingkungan       
o   Sikap lingkungan, seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan itu memiliki nilai negatif dan positif terhadap prilaku masing-masing individu sesuai pemahaman kelompok dalam masyarakat tersebut. Tuntutan inilah yang dapat membuat individu tersebut harus selalu berlaku positif sesuai dengan pandangan masyarakat di lingkungan tersebut.
o   Tuntutan dan sikap keluarga, contohnya seperti tuntutan yang sesuai dengan keinginan orang tua untuk memilih jurusan saat akan kuliah, perjodohan dan lain-lain yang bertolak belakang dengan keinginannya dan menimbulkan tekanan pada individu tersebut.
o   Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), tuntutan untuk selalu update terhadap perkembangan zaman membuat sebagian individu berlomba untuk menjadi yang pertama tahu tentang hal-hal yang baru, tuntutan tersebut juga terjadi karena rasa malu yang tinggi jika disebut gaptek.

2)      Diri sendiri, terdiri dari
§  Kebutuhan psikologis yaitu tuntutan terhadap keinginan yang ingin dicapai
§  Proses internalisasi diri adalah tuntutan individu untuk terus-menerus menyerap sesuatu yang diinginkan sesuai dengan perkembangan.

3)      Pikiran            
o   Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan pengaruhnya pada diri dan persepsinya terhadap lingkungan.
o   Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian yang biasa dilakukan oleh individu yang bersangkutan.
Penyebab-penyebab stress di atas tentu tidak akan langsung membuat sesorang menjadi stress. Hal tersebut dikarenakan setiap orang berbeda dalam menyikapi setiap masalah yang dihadapi, selain itu stressor yang menjadi penyebab juga dapat mempengaruhi stress.
Menurut Kozier & Erb, 1983 dikutip Keliat B.A., 1999, dampak stressor dipengaruhI oleh berbagai faktor  yaitu:
1.      Sifat stressor . Pengetahuan individu tentang bagaimana cara mengatasi dan darimana sumber stressor tersebut serta besarnya pengaruh stressor pada individu tersebut, membuat dampak stress yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda.
2.      Jumlah stressor yaitu banyaknya stressor yang diterima individu dalam waktu bersamaan. Jika individu tersebut tidak siap menerima akan menimbulkan perilaku yang tidak baik. Misalnya marah pada hal-hal yang kecil.
3.      Lama stressor, maksudnya seberapa sering individu menerima stressor yang sama. Semakin sering individu mengalami hal yang sama maka akan timbul kelelahan dalam mengatasi masalah tersebut.
4.      Pengalaman masa lalu,  yaitu pengalaman individu yang terdahulu mempengaruhi cara individu menghadapi masalahnya.
5.      Tingkat perkembangan, artimya tiap individu memiliki tingkat perkembangan yang berbeda.
Jenis-Jenis Stress
Seperti yang sudah disebutkan bahwa stressor dan  sumbernya memiliki banyak keragaman, sehingga dapat disimpulkan stress yang dihasilkan beragam pula. Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), berdasarkan penyebabnya stress dapat digolongkan menjadi :
o   Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
o   Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormone, atau gas.Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.
o   Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
o   Sters psikologis
ada empat sumber atau penyebab stres Psikologis, yaitu : frustasi, konflik, tekanan, krisis.
o   Stres psikis/ emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan
.      Tahap-Tahap Terjadinya Stress dan Tingkatannya
Stres Tahap I
1)            Tahapan ini merupakan tahapan stres paling ringan, tanda:
2)            Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
3)            Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.
4)            Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya; Namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula.
5)            Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin bertambah semangat, Namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
Stres Tahap II
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada stres tahap II adalah sebagai berikut :
1)        Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya merasa segar.
2)        Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
3)        Lekas merasa capai menjelang sore hari.
4)        Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort).
5)        Detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar)
6)        Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.
7)        Tidak bisa santai.
Stres tahap III
1)        Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya keluhan “maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare)
2)        Ketegangan otot semakin terasa.
3)        Perasaan ketidak-tenangan dan ketegangan emosional semakin meningkat.
4)        Gangguan pola tidur (insomnia),
5)        Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan serasa mau pingsan).

Stres Tahap IV
1)                Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat sulit.
2)                Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.
3)                Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan kemampuan untuk merespon secara memadai (adequate)
4)                Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari.
5)                Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang menegangkan.
6)                Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada semangat dan kegairahan.
7)                Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.
8)                Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya
 Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut :
1)                    Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam (physical and psychological exhaustion)
2)                    Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana.
3)                    Gangguan sistem pencernaan semakin berat (gastro-intestinal disorder).
4)                    Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik
 Stres Tahap VI          
1)        Debaran jantung teramat keras
2)        Susah bernafas (sesak dan mengap-mengap)
3)        Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat bercucuran
4)        Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
5)        Pingsan atau kolaps (collapse)
              
Respon fisiologi terhadap stres
A. Local Adaptation Syndrom (LAS)Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
B. General Adaptation Syndrom (GAS)
ü  Fase Alarm ( Waspada) Melibatkan pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis
ü  Fase Resistance (Melawan) Individu mencoba berbagai macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila teratasi à gejala stress menurun àtau normal
ü  Fase Exhaustion (Kelelahan) Merupakan fase perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya. Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan kematian.
MANAGEMEN STRESS
1.      Reguler exercise

Program olahraga teratur meningkatkan tonus otot dan postur otot, mengontrol berat badan, mengurangi ketegangan dan meningkatkan relaksasi.

2.      Diet nutrisi

Nutrisi dan latihan berhubungan erat. Makanan memberi bahan bakar untuk aktivitas dan meningkatkan latihan, yang meningkatkan sirkulasi dan pemberian nutrient ke jaringan tubuh.
3.      Support sistem

Peribahasa “ no man is an island” terutama penting untuk penatalaksanaan stress. Sistem pendukung seperti keluarga , teman atau rekan kerja yang akan mendengarkan dan memberikan nasihat dan dukungan emosional akan sangat bermamfaat bagi seseorang yang mengalami stress. Sistem pendukung dapat mengurangi reaksi stress dan meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental (Revenson dan Majerovitz, 1991).

4.      Time management
Seseorang yang menggunakan waktu secara efisien biasanya mengalami lebih sedikit stress karena mereka merasa lebih terkontrol dalam hidupnya.
5.      Humor
Humor adalah terapi yang terkenal dalam literatur umum oleh Norman Cousins (1979). Kemampuan untuk menerima hal-hal lucu dan tertawa melenyapkan stress (Robinson, 1990; Dahl dan O’Neal, 1993). Hipotesisfisiologis menyatakan bahwa tertawa melepaskan endorphin ke dalam sirkulasi dan perasaan stress di lenyapkan.

6.      Istirahat                  
Pola istirahat dan tidur yang tetap, dan kebaisaan juga penting untuk menangani stress. Seseorang yang mengalami stress harus di dorong meluangkan waktunya untuk istirahat dan tidur.
7.      Tekhnik relaksasi
Relaksasi progresif dengan dan tanpa ketegangan otot dan tehnik manipulasi pikiran mengurangi komponen fisiologis dan emodional stress. Tehnik relaksasi adalah perilaku yang dipelajari dan membutuhkan waktu pelatihan dan praktek. Setelah klien menjadi terampil dalam tehnik ini , ketegangan dikurangi dan parameter fisiologis berubah.

MEKANISME KOPING
Individu dari semua umur mengalami stress dan mencoba untuk mengatasinya. Karena ketegangan fisik dan emosional yang menyertai stress menimbulkan ketidaknyamanan, seseorang menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu untuk mengurangi stress.
Koping adalah cara yang dilakukan individu, dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan keinginan yang akan dicapai, dan respons terhadap situasi yang menjadi ancaman bagi diri individu. Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan stres. Hal tersebut bergantung pada :
·                       Sifat dan hakikat stres, yaitu intensitas, lamanya, lokal, dan umum (general).
·                       Sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi.       
Cara yang dapat dilakukan;
Individu
ü  Kenal diri sendiri
ü   Tingkatkan harga diri
ü  Persiapan diri
ü  Pertahankan dan tingkatkan cara yang sudah baik

PENGERTIAN ADAPTASI
                    
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress.
Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd dan Brookman, 1992). Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu. DIMENSI ADAPTASI
Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi klienterhadap stress, perawat harus mempertimbangkan individu secara menyeluruh.
ADAPTASI FISIOLOGIS
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indicator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari semua sistem.
Hubungan antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh. Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola penyakit. Pada masa lampau,penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling utama, tetapi sejak ditemukan antibiotic, kondisi kehidupan yang meningkat, pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, dan metode sanitasi yang lebih baik telah menurunkan angka kematian. Sekarang penyebab utama kematian adalah penyakit yang mencakup stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress, yaitu kenaikan tekanan darah, peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung, peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan, telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin, postur tubuh yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala, gangguan lambung, suara yang bernada tinggi, mual,muntah dan diare, perubahan nafsu makan, perubahan berat badan  perubahan frekwensi berkemih, dilatasi pupil, gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur temuan hasil laboratorium abnormal, yaitu peningkatan kadar hormon adrenokortikotropik, kortisol dan katekolamin dan hiperglikemia.

ADAPTASI PSIKOLOGIS

Emosi kadang dikaji secara langsung atau tidak langsung dengan mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga menjadi media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar