PENGERTIAN STRESS
Menurut beberapa ahli
stress dapat diartikan sebagai berikut:
Stress
didefinisikan sebagai respon fisik dan emosional terhadap tuntutan yang dialami
individu yang diiterpretasikan sebagai sesuatu yang mengancam keseimbangan
(Emanuelsen & Rosenlicht, 1986).
Stres
adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu
ketegangan dalam diri seseorang” (Soeharto Heerdjan, 1987).
Pengertian Stressor
Menurut Emanualsen & Rosenlicht, stressor
merupakan faktor internal maupun eksternal yang dapat mengubah individu dan
berakibat pada terjadinya fenomena stress.
Jadi dapat disimpulkan
stress adalah dampak dari stressor(penyebab stress) yang dianggap sebagai
tekanan oleh individu sehingga membuatnya terpaksa untuk terus memikirkan hal
tersebut dan akhirnya akan mengganggu kesehatan psikologinya.
Stressor berasal dari
berbagai sumber, yaitu :
1)
Lingkungan
o Sikap lingkungan, seperti yang kita ketahui bahwa
lingkungan itu memiliki nilai negatif dan positif terhadap prilaku
masing-masing individu sesuai pemahaman kelompok dalam masyarakat tersebut.
Tuntutan inilah yang dapat membuat individu tersebut harus selalu berlaku
positif sesuai dengan pandangan masyarakat di lingkungan tersebut.
o Tuntutan dan sikap keluarga, contohnya seperti
tuntutan yang sesuai dengan keinginan orang tua untuk memilih jurusan saat akan
kuliah, perjodohan dan lain-lain yang bertolak belakang dengan keinginannya dan
menimbulkan tekanan pada individu tersebut.
o Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK),
tuntutan untuk selalu update terhadap perkembangan zaman membuat sebagian
individu berlomba untuk menjadi yang pertama tahu tentang hal-hal yang baru,
tuntutan tersebut juga terjadi karena rasa malu yang tinggi jika disebut
gaptek.
2)
Diri sendiri,
terdiri dari
§ Kebutuhan psikologis yaitu tuntutan terhadap
keinginan yang ingin dicapai
§ Proses internalisasi diri adalah tuntutan individu
untuk terus-menerus menyerap sesuatu yang diinginkan sesuai dengan
perkembangan.
3)
Pikiran
o Berkaitan dengan penilaian individu terhadap
lingkungan dan pengaruhnya pada diri dan persepsinya terhadap lingkungan.
o Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara
penyesuaian yang biasa dilakukan oleh individu yang bersangkutan.
Penyebab-penyebab
stress di atas tentu tidak akan langsung membuat sesorang menjadi stress. Hal
tersebut dikarenakan setiap orang berbeda dalam menyikapi setiap masalah yang
dihadapi, selain itu stressor yang menjadi penyebab juga dapat mempengaruhi
stress.
Menurut
Kozier & Erb, 1983 dikutip Keliat B.A., 1999, dampak stressor dipengaruhI
oleh berbagai faktor yaitu:
1.
Sifat stressor .
Pengetahuan individu tentang bagaimana cara mengatasi dan darimana sumber
stressor tersebut serta besarnya pengaruh stressor pada individu tersebut,
membuat dampak stress yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda.
2.
Jumlah stressor
yaitu banyaknya stressor yang diterima individu dalam waktu bersamaan. Jika
individu tersebut tidak siap menerima akan menimbulkan perilaku yang tidak
baik. Misalnya marah pada hal-hal yang kecil.
3.
Lama stressor,
maksudnya seberapa sering individu menerima stressor yang sama. Semakin sering
individu mengalami hal yang sama maka akan timbul kelelahan dalam mengatasi
masalah tersebut.
4.
Pengalaman masa
lalu, yaitu pengalaman individu yang
terdahulu mempengaruhi cara individu menghadapi masalahnya.
5.
Tingkat
perkembangan, artimya tiap individu memiliki tingkat perkembangan yang berbeda.
Jenis-Jenis Stress
Seperti
yang sudah disebutkan bahwa stressor dan
sumbernya memiliki banyak keragaman, sehingga dapat disimpulkan stress
yang dihasilkan beragam pula. Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990),
berdasarkan penyebabnya stress dapat digolongkan menjadi :
o Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur
yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang,
atau tersengat arus listrik.
o Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat,
obat-obatan, zat beracun, hormone, atau gas.Stres mikrobiologik, disebabkan
oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.
o Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur,
fungsi jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak
normal.Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan
pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
o Sters psikologis
ada empat sumber
atau penyebab stres Psikologis, yaitu : frustasi, konflik, tekanan, krisis.
o Stres psikis/ emosional, disebabkan oleh gangguan
hubungan interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan
. Tahap-Tahap
Terjadinya Stress dan Tingkatannya
Stres Tahap I
1)
Tahapan ini merupakan tahapan stres paling ringan,
tanda:
2)
Semangat bekerja besar, berlebihan (over acting)
3)
Penglihatan “tajam” tidak sebagaimana biasanya.
4)
Merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari
biasanya; Namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan (all out) disertai
rasa gugup yang berlebihan pula.
5)
Merasa senang dengan pekerjaannya itu dan semakin
bertambah semangat, Namun tanpa disadari cadangan energi semakin menipis.
Stres Tahap II
Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang yang berada pada
stres tahap II adalah sebagai berikut :
1)
Merasa letih sewaktu bangun pagi, yang seharusnya
merasa segar.
2)
Merasa mudah lelah sesudah makan siang.
3)
Lekas merasa capai menjelang sore hari.
4)
Sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel
discomfort).
5)
Detakan jantung lebih keras dari biasanya
(berdebar-debar)
6)
Otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang.
7)
Tidak bisa santai.
Stres tahap III
1)
Gangguan lambung dan usus semakin nyata; misalnya
keluhan “maag” (gastritis), buang air besar tidak teratur (diare)
2)
Ketegangan otot semakin terasa.
3)
Perasaan ketidak-tenangan dan ketegangan emosional
semakin meningkat.
4)
Gangguan pola tidur (insomnia),
5)
Koordinasi tubuh terganggu (badan terasa oyong dan
serasa mau pingsan).
Stres Tahap IV
1)
Untuk bertahan sepanjang hari saja sudah terasa amat
sulit.
2)
Aktivitas pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah
diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit.
3)
Yang semula tanggap terhadap situasi menjadi
kehilangan kemampuan untuk merespon secara memadai (adequate)
4)
Ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan rutin
sehari-hari.
5)
Gangguan pola tidur disertai dengan mimpi-mimpi yang
menegangkan.
6)
Seringkali menolak ajakan (negativism) karena tiada
semangat dan kegairahan.
7)
Daya konsentrasi dan daya ingat menurun.
8)
Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak
dapat dijelaskan apa penyebabnya
Stres Tahap V
Bila keadaan berlanjut, maka seseorang itu akan jatuh dalam stres tahap V
yang ditandai dengan hal-hal berikut :
1)
Kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam
(physical and psychological exhaustion)
2)
Ketidakmampuan untuk menyelesaikan pekerjaan
sehari-hari yang ringan dan sederhana.
3)
Gangguan sistem pencernaan semakin berat
(gastro-intestinal disorder).
4)
Timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin
meningkat, mudah bingung dan panik
Stres Tahap VI
1)
Debaran jantung teramat keras
2)
Susah bernafas (sesak dan mengap-mengap)
3)
Sekujur badan terasa gemetar, dingin dan keringat
bercucuran
4)
Ketiadaan tenaga untuk hal-hal yang ringan
5)
Pingsan atau kolaps (collapse)
Respon fisiologi terhadap stres
A. Local Adaptation
Syndrom (LAS)Tubuh menghasilkan banyak respons setempat terhadap stress. Respon
setempat ini termasuk pembekuan darah dan penyembuhan luka, akomodasi mata
terhadap cahaya, dll. Responnya berjangka pendek.
B. General Adaptation
Syndrom (GAS)
ü Fase Alarm ( Waspada) Melibatkan pengerahan
mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk menghadapi stressor. Reaksi
psikologis “fight or flight” dan reaksi fisiologis
ü Fase Resistance (Melawan) Individu mencoba berbagai
macam mekanisme penanggulangan psikologis dan pemecahan masalah serta mengatur
strategi. Tubuh berusaha menyeimbangkan kondisi fisiologis sebelumnya kepada
keadaan normal dan tubuh mencoba mengatasi faktor-faktor penyebab stress. Bila
teratasi à gejala stress menurun àtau normal
ü Fase Exhaustion (Kelelahan) Merupakan fase
perpanjangan stress yang belum dapat tertanggulangi pada fase sebelumnya.
Energi penyesuaian terkuras. Timbul gejala penyesuaian diri terhadap lingkungan
seperti sakit kepala, gangguan mental, penyakit arteri koroner, dll. Bila usaha
melawan tidak dapat lagi diusahakan, maka kelelahan dapat mengakibatkan
kematian.
MANAGEMEN STRESS
1.
Reguler exercise
Program
olahraga teratur meningkatkan tonus otot dan postur otot, mengontrol berat
badan, mengurangi ketegangan dan meningkatkan relaksasi.
2.
Diet nutrisi
Nutrisi dan
latihan berhubungan erat. Makanan memberi bahan bakar untuk aktivitas dan
meningkatkan latihan, yang meningkatkan sirkulasi dan pemberian nutrient ke
jaringan tubuh.
3.
Support sistem
Peribahasa “
no man is an island” terutama penting untuk penatalaksanaan stress. Sistem
pendukung seperti keluarga , teman atau rekan kerja yang akan mendengarkan dan
memberikan nasihat dan dukungan emosional akan sangat bermamfaat bagi seseorang
yang mengalami stress. Sistem pendukung dapat mengurangi reaksi stress dan
meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental (Revenson dan Majerovitz, 1991).
4.
Time management
Seseorang yang menggunakan waktu secara efisien biasanya mengalami lebih
sedikit stress karena mereka merasa lebih terkontrol dalam hidupnya.
5.
Humor
Humor adalah
terapi yang terkenal dalam literatur umum oleh Norman Cousins (1979). Kemampuan
untuk menerima hal-hal lucu dan tertawa melenyapkan stress (Robinson, 1990;
Dahl dan O’Neal, 1993). Hipotesisfisiologis menyatakan bahwa tertawa melepaskan
endorphin ke dalam sirkulasi dan perasaan stress di lenyapkan.
6. Istirahat
Pola istirahat dan tidur yang tetap, dan kebaisaan juga penting untuk menangani
stress. Seseorang yang mengalami stress harus di dorong meluangkan waktunya
untuk istirahat dan tidur.
7.
Tekhnik relaksasi
Relaksasi
progresif dengan dan tanpa ketegangan otot dan tehnik manipulasi pikiran
mengurangi komponen fisiologis dan emodional stress. Tehnik relaksasi adalah
perilaku yang dipelajari dan membutuhkan waktu pelatihan dan praktek. Setelah
klien menjadi terampil dalam tehnik ini , ketegangan dikurangi dan parameter
fisiologis berubah.
MEKANISME KOPING
Individu
dari semua umur mengalami stress dan mencoba untuk mengatasinya. Karena
ketegangan fisik dan emosional yang menyertai stress menimbulkan
ketidaknyamanan, seseorang menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu untuk
mengurangi stress.
Koping
adalah cara yang dilakukan individu, dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan
diri dengan keinginan yang akan dicapai, dan respons terhadap situasi yang menjadi
ancaman bagi diri individu. Setiap individu mempunyai kemampuan yang
berbeda-beda dalam menahan stres. Hal tersebut bergantung pada :
·
Sifat dan
hakikat stres, yaitu intensitas, lamanya, lokal, dan umum (general).
·
Sifat individu
yang terkait dengan proses adaptasi.
Cara
yang dapat dilakukan;
Individu
ü Kenal diri sendiri
ü Tingkatkan harga diri
ü Persiapan diri
ü Pertahankan dan tingkatkan cara yang sudah baik
PENGERTIAN ADAPTASI
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan
psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor
tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu,
keluarga atau komunitas terhadap stress.
Ada banyak
bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun
demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan
dimensi lainnya.
Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari
lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan
organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan
fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan,
mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan
situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd dan Brookman, 1992). Stresor yang
menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka
panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi
optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi
terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons
aktif dari seluruh individu. DIMENSI
ADAPTASI
Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan,
emosional, intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam
setiap dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi klienterhadap
stress, perawat harus mempertimbangkan individu secara menyeluruh.
ADAPTASI FISIOLOGIS
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif,
lebih mudah diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun
demikian, indicator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien
yang mengalami stress, dan indicator tersebut bervariasi menurut individunya.
Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu
untuk beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap
stress.
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari semua sistem.
Durasi dan intensitas dari gejala secara langsung berkaitan dengan durasi dan intensitas stressor yang diterima. Indikator fisiologis timbul dari berbagai sistem. Oleh karenanya pengkajian tentang stress mencakup pengumpulan data dari semua sistem.
Hubungan
antara stress psikologik dan penyakit sering disebut interaksi pikiran tubuh.
Riset telah menunjukkan bahwa stress dapat mempengaruhi penyakit dan pola
penyakit. Pada masa lampau,penyakit infeksi adalah penyebab kematian paling
utama, tetapi sejak ditemukan antibiotic, kondisi kehidupan yang meningkat,
pengetahuan tentang nutrisi yang meningkat, dan metode sanitasi yang lebih baik
telah menurunkan angka kematian. Sekarang penyebab utama kematian adalah
penyakit yang mencakup stressor gaya hidup.
Indikator fisiologis stress, yaitu kenaikan tekanan darah, peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung, peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan, telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin, postur tubuh yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala, gangguan lambung, suara yang bernada tinggi, mual,muntah dan diare, perubahan nafsu makan, perubahan berat badan perubahan frekwensi berkemih, dilatasi pupil, gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur temuan hasil laboratorium abnormal, yaitu peningkatan kadar hormon adrenokortikotropik, kortisol dan katekolamin dan hiperglikemia.
Indikator fisiologis stress, yaitu kenaikan tekanan darah, peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung, peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan, telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin, postur tubuh yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala, gangguan lambung, suara yang bernada tinggi, mual,muntah dan diare, perubahan nafsu makan, perubahan berat badan perubahan frekwensi berkemih, dilatasi pupil, gelisah, kesulitan untuk tidur atau sering terbangun saat tidur temuan hasil laboratorium abnormal, yaitu peningkatan kadar hormon adrenokortikotropik, kortisol dan katekolamin dan hiperglikemia.
ADAPTASI PSIKOLOGIS
Emosi kadang dikaji secara langsung
atau tidak langsung dengan mengamati perilaku klien. Stress mempengaruhi
kesejahteraan emosional dalam berbagai cara. Karena kepribadian individual
mencakup hubungan yang kompleks di antara banyak faktor, maka reaksi terhadap
stress yang berkepanjangan ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor
klien yang terakhir, pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping
yang berhasil di masa lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang
merupakan kombinasi dari tiga karakteristik kepribadian yang di duga menjadi
media terhadap stress. Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap
peristiwa kehidupan, komitmen terhadap aktivitas yang berhasil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar